Puasa Gagal 2

20 April 2022

ahun depannya, Bocil WW sudah lebih besar, sudah lebih bertekad agar puasa hari pertama lebih sukses dari tahun lalu. Tetapi, manusia bocil cuma bisa merencanakan, Sang Pemilik Segala yang menentukan.

Untuk lebih memahami konteks peristiwa, saya gambarkan dulu lingkungan Bocil WW berada. Rumahnya berada di desa, di tepi jalan menanjak sebuah bukit rendah, yang diberi nama Indrakila (itu fantasi nenek moyang yang kasih nama luar biasa, mitosnya Arjuna bertapa di situ, diapit pohon serut). Ada 2 sungai yang mengalir di tepian bukit itu: kali Suki yang bermuara ke sungai kedua, kali Ketro). Ada satu lagi, sebuah saluran besar (wangan) yang berasal dari dam Kori.

Saya gambarkan lebih rinci wangan ini. Sebagai saluran besar untuk persawahan yang elevasinya lebih tinggi dari kali Ketro, saluran ini melalui kaki bukit di utara sungai Ketro. Nah, di bagian wangan di lokasi itu terdapat “air terjun mini”, sekitar 2 meter. Air terjun mini yang jernih, dengan debit yang cukup besar, menjadi tempat ideal bocil-bocil bermain. Terutama bocil laki-laki. Kesukaan mereka, duduk di bawah air terjun mini, lalu menengadahkan badannya ke atas, sehingga air terjun itu menerpa tubuhnya (baca: kelaminnya). Sejuta rasa. Nah… sekarang saya yakin jamaah FB bisa membayangkan pentingnya air terjun ini di semesta pikiran dan perbuatan bocil-bocil laki-laki, termasuk saya.

Tentu saja, ada fungsi lain terutama saat puasa: main air. Bisa untuk ngadem, dan “tidak sengaja” seteguk dua teguk masuk ke kerongkongan. Karena ada dalih tidak sengaja, maka dalam pikiran kolektif para bocil, hal itu tidak membatalkan puasa.

Di situlah tujuan puasa hari pertama Bocil WW dan teman-temannya. Kami berangkat pagi hari, sekira pukul 7.30. Fyi, waktu itu saya paling kecil di rombongan itu. Yang lain lebih besar: kakak, paman 1, paman 2, dan teman-teman, sekitar 6 orang.

Kami mulai berangkat. Sekitar 200 m dari rumah, perjalanan melintasi tepi kebun pak Ichsan, bapak saya. Di tepi kebun itu ada pohon Johar. Bagi yang belum tahu, pohon ini tidak dimanfaatkan buahnya, tapi daunnya. Daunnya cepat merimbun, dari ranting muncul tangkai-tangkai daun, dan tiap tangkai daun berisi sekitar selusin daun. Daun ini dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk alam di sawah. Oleh karena itu, wajar jika di tepi kebun orang menanam pohon Johar. Pohon Johar keras tapi getas. Rantingnyq mudah patah. Pagi itu, para senior rombongan memutuskan untuk menggunakan daun johar sebagai “atap kemping” di tepi wangan (mudah diambil dengan mematahkan rantingnya, daunnya rimbun, jadi keputusan yang pas).

Salah seorang senior memanjat pohon Johar itu, seingatku kakak saya. Eeee…. lha kok Bocil WW ikut-ikutan memanjat. Baru sekitar 2 m (mungkin kurang), saya meraih satu ranting dengan kedua tangan, lalu dengan hanya mengandalkan satu ranting itu, saya angkat kaki ke tumpuan atasnya. Dan rantingpun patah, saat saya tengadah, dalam gerakan lambat di benak saya, Bocil WW terjatuh, dengan kepala lebih dulu, menumbuk tanah berbatu. Brugh. ..

Tiba-tiba banyak bintang bermunculan, dan lamat-lamat terdengar para senior memanggil-manggil namaku. Saya kemudian dibopong pulang, dengan darah berceceran dari luka di kepala.

Sampai di rumah, ibu menjerit-jerit, ngamuk ke kakak dan para senior. Mereka saling berbantahan (karna memang itu murni salah saya, tapi dari perspektif ibu, kenapa para senior tidak mencegah peristiwa itu) dan saya dibiarkan. Hahahaha.

Nggak juga. Tidak berapa lama, ibu mengambil minyak tanah, dan bocil WW diberi keramas minyak tanah. Maksudnya, agar bagian yang luka dapat terguyur minyak tanah, densifektan terbaik yang ada di pedesaan di masa lalu (begitu konversi mitan ke LPG, saya nggak tahu lagi apa yang digunakan orang desa jika terluka. Mungkin kembalinya jaman purba: dengan ludah).

Dengan keluarnya (banyak) darah dari tubuh, maka sesuai keyakinan, batal pula puasa saya. Bocil WW segera mengambil seiring nasi dan sayur sisa sahur, dan berbuka, pada pukul 08.00. Sungguh karir puasa hari pertama yang singkat, lebih singkat dari tahun lalu.

End of the day.


Puasa Gagal 1

20 April 2022

Selamat menjalankan ibadah puasa, bagi yang menjalankan. Saya niatnya juga berpuasa, mulai hari ini. Semoga Allah SWT meridhoi niat ini. Terkait kapan mulai berpuasa, dan kapan hari raya, saya ikut golongan yang mudah: puasa di akhir, hari raya di awal. Namun, kali ini saya tidak bahas itu, karna sudah banyak yang bahas. Saya akan bahas puasa gagal (karena sebab makan/minum, bukan sebab lain, malu cerita kalau sebab lain).

Sependek ingatan, saya mulai puasa penuh pada kelas III SD. Jangan berpikir telat. Itu sudah luar biasa, untuk ukuran waktu itu di daerah saya. Daerah saya termasuk Jawa Mataram pinggir, dekat perbukitan. Pemahaman umum waktu itu, sih, puasa wajib untuk yang sudah sunat. Bagi yang belum, latihan secukupnya, puasa mbedhug, sampai bedug dhuhur bertalu. Jadi, sejak sebelum kelas I saya sudah latihan puasa. Namun, dua tahun berturut-turut puasa hari pertama saya gagal. Penyebab kegagalan tahun pertama sepele banget. Baru penyebab kegagalan tahun kedua yang pantas dikenang (dan memang meninggalkan kenangan sepanjang hayat). Saya akan unggah kenangan tahun kedua besok-besok, bergantung respon. Heheheh. Saya tulis dulu kenangan tahun pertama yang penyebabnya bocil banget.

Beberapa hari sebelum puasa, waktu itu, saya sudah menanti-nanti momen puasa. Malamnya juga ikut tarawih dan tentu saja ikut sahur. Paginya, sudah persiapan, dengan bangun siang, hehehe. Sekitar pukul 8 saya baru bangun pagi. Nah… ternyata awal kegagalan karir puasa saya.

Sekira 10 menitan setelah bangun, eh… mbah putri (mbah Katijem, K) pulang dari pasar. Mbah K ini dulunya pedagang kecil-kecilan. Dagangannya umumnya biji-bijian. Jangan bayangkan punya toko, atau kendaraan, atau modal besar. Tidak. Beliau menjual hasil panen atau kulak biji-bijian (sesuai musim, misal kedelai) satu rinjing (keranjang rapat, dasar kecil, mulut besar menganga, biasanya digendong di belakang dengan bantuan stagen). Beliau beli dari teman pedagang di pasar, lalu dijual sebagai eceran di pasar itu juga. Dengan cara ini, beliau dapat untung seketip dua ketip. Sebagai tanda syukur karna dapat untung, biasanya mbah K beli oleh-oleh untuk cucu kesayangannya yang nangisan, it’s me. Termasuk di hari yang indah, puasa hari pertama pagi itu.

Oleh-olehnya ya sederhana sekali, ukuran orang desa dan sederhana jaman itu. Apa itu? Puli goreng dan tape singkong bungkus daun. Bagi yang belum tahu, puli bukan katrol, tapi nasi ditumbuk halus, dicampur sedikit garam bleng (boraks) sehingga menggumpal, kemudian diiris-iris kotak. Kalau tidak diberi garam bleng, tapi diberi santan sebagai pengikat dan penambah rasa gurih, namanya menjadi punten. Kalau dimasak di dalam daun pisang, berbentuk bulat memanjang namanya lothong, kalau memipih namanya tepo. Tepo sliro, wkwkwk.

Nah, jajanan sederhana, yang waktu itu sering banget saya makan, karna menjadi ritual oleh-oleh, Mbah K, tiba-tiba menjadi terlihat sangat menggiurkan. Mbah K sebenarnya sudah mengantisipasi, dengan menyanyikan, eh… kok auto correct, menyembunyikan jajan itu di lemari. Tapi penciuman anak kecil khan setajam tikus. Dengan mudah lokasi penyembunyian saya temukan. Saya ingat betul, berkali saya membuka dan menutup pintu lemari, snif-snif. .. mengendus puli goreng.

Akhirnya, yang harus terjadi, terjadilah. Pukul 09.00 karir puasaku buyar. Kalah oleh puli goreng dan tape singkong.

The End of Part 1


Dorang-daring Vicon Zoom, Google-Meet

1 Juli 2020

WFH pada masa Pandemi Covid-19 ini bukan berarti membuat saya leha-leha di rumah. Di rumahnya iya, leha-lehanya, dikit… hehehe. Ternyata hampir tiap hari ada Video Conferences (Vicon).  Vicon kuliah  sudah berlalu pada akhir Mei. Untuk kuliah, umumnya saya lakukan vicon singkat, untuk pengatar atau refleksi, kecuali MK yang rumit, terpaksa agak lama.

 

Nah… yang heboh itu Vicon saresehan, seminar, rapat, kerja bareng, sebagai fasilitator GTK, kerja bareng oleh Direktorat PSMP, Pusmenjar. Akhirnya kadang paralel 2 vicon. Ya, semua dilakukan dengan happy.

Hari ini, saya ikut Vicon pelatihan dan workshop untuk kuliah daring. Unesa menggunakan platform Learning Management System sendiri, yang walaupun agak ribet (seperti Blog ginilah), tapi harus dilakukan. Lumayan meriah, karna ada Tim SPADA (Pak Alim) yang mengajari bagaimana mengembangkan perkuliahan Daring di SPADA, yang bisa ditarik ke Vinesa (Virtual Learning Unesa).

 

Mayanlah…

Secara pengetahuan umumnya dosen paham. Yang berat mewujudkan pengetahuan itu dalam tindakan nyata (mengisi fitur-fitur kuliah daring di Vinesa).

Semester kemarin, saya kombinasikan Vinesa dengan platform lain, seperti Google Classroom karena praktis. Senjata pamungkasnya adalah WAG. hehehe…

 


Mati Suri 10 Tahun, Lalu Hidup Lagi

30 Juni 2020

Blog Vahonov ini saya buat sekitar tahun 2009. Waktu itu, rame-ramenya orang bikin Blog, Facebook (FB) mulai populer. Awalnya, saya gunakan untuk menyimpan tugas-tugas kuliah. Akhirnya, setelah kuliah selesai, dan FB menjadi platform media bersosialisai yang populer, saya lebih suka di FB.


Lalu tibalah hari ini… Malam ini…

Saya harus buka blog ini, karna perlu materi yang saya tulis bertahun lalu.

Lalu, iseng-iseng login, dan memasukkan password.

Eh, Masblog menanggapi. Ya, akhirnya nulis ini.
Mungkin ntar akan saya teruskan nulis apa saja di sini. Toh paling sekarang gak ada orang yang baca blog. Diniatkan untk nulis curhatan aja.

Oke…


Pendidikan? Unas? SNMPTN? Jalur Undangan

6 April 2011

Klik http://unesa.ac.id


Praktikum “Elastisitas”

3 Januari 2010

Bosan dengan praktikum elastisitas yang hanya seputar pegas yang dibebani? Bagaimanakah jika konsep-konsep elastisitas (misalnya tegangan dan regangan) digunakan untuk pemecahan masalah dalam bidang teknologi makanan? Berikut ini satu contohnya.

Klik: lkm-elastisitas.doc

Walaupun LKM ini didesain untuk mahasiswa S1 Pendidikan Tata Boga, tapi kemungkinan besar bisa dimanfaatkan untuk siswa SMA, atau bahkan Fisika Dasar untuk Calon Guru MIPA.


THE INTEGRATION OF INTERACTIVE MULTIMEDIA, COLLABORATIVE WORK, AND REFLECTIVE THINKING ON INTRODUCTORY PHYSICS COURSE TO INCREASE PROBLEM SOLVING SKILLS

21 Desember 2009

Wahono Widodo

Home Economics, Surabaya State University (wahonow@gmail.com)

Suhardi

Bandung Institute of Technology (mr.suhardi@gmail.com)

ABSTRACT

Improving problem solving skills on non-physics major students through introductory physics course is one of challenging tasks, but it is less studied. The objective of the research was to know the effectiveness of integration of interactive multimedia, collaborative work, and reflective thinking on introductory physics course to increase problem solving skills on prospective of vocational high school teachers in foods program.

The research used control group pretest-posttest design. The populations were students of prospective of vocational high school teachers in foods program of state university in East Java. The samples were taken by purposive random sampling technique, and then divided into two groups by matching group technique, 35 students on experiment group as well as 33 students on control group. On experiment group, students posed by problems that had to resolved by collaborative works. In order to resolve the problems, student learned concepts underlies of the problem through interactive multimedia. After problems were resolved, students reflected the steps of resolving problems. Problem solving test on elasticity, fluids, as well as temperature and heat was used as instrument. Data was analyzed with Mann-Whitney U Test, to compare normalized gain between experiment group and control group

Result showed that integration of interactive multimedia, collaborative work, and reflective thinking  on Introductory Physics course  was effective to improve the problem solving skills on  prospective of vocational high school teachers in foods program.

Keywords: interactive multimedia, collaborative, reflective, problem solving, prospective of vocational high school teachers in foods program.

Catatan: Makalah disajikan di: the International Seminar and Workshop on Mathematics and Science Teaching Innovation 2009 (FMIPA UNY, 12 Desember 2009). Makalah selengkapnya, hubungi saya.


THE DEVELOPMENT OF INTERACTIVE MULTIMEDIA ON INTRODUCTORY PHYSICS LEARNING FOR PROSPECTIVE OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL TEACHERS IN FOODS PROGRAM

24 November 2009

Wahono Widodo [Home Economics, Surabaya State University (wahonow@gmail.com)]

Liliasari Indonesia [University of Education (liliasari@upi.edu)]

ABSTRACT

The research was part of ongoing research, aimed to develop an interactive multimedia (IM) on the Introductory Physics courses to support the learning model that can develop problem solving skills and application of physics concepts for prospective of vocational high school teachers in foods program.

The research used Research and Development (R & D) approach by using the first three stages of 4-D models, i.e. define, design, and develop. The details of the stages were: (1) the literature review and need assessment, (2) formulation of competences indicators, (3) formulation of learning model, (4) formulation of the IM design, (4) the development of story boards, (5) obtaining relevant files, video, graphics/animation, and audio production, (6) authoring and debugging, (7) phase I try out, (8) revision I, (9) expert judgment, (10) Phase II try out, and (11) revision II. For testing purposes, the research subjects were prospective of vocational high school teacher in foods program on a state university in East Java. The sample selected by purposive random sampling technique. Data analysis performed by descriptive analysis and Mann-Whitney U test to compare the sample responses results of phase I and phase II try out.

The research has developed IM in elasticity and fluid concepts. The research showed that according to student responses, the IM assessed 94.8% of the ideal conditions in stage I and 96.0% in stage II. The significant improved responses occurred in sub concept “stress and strain” and “Young’s modulus”. The research also showed that expert judged 85.6% of ideal conditions on the content, technical and presentation of IM. These results indicate that IM has been developed appropriates for use in teaching and learning Introductory Physics for prospective of vocational high school teachers in foods program.

Keywords: interactive multimedia, introductory physics, prospective of vocational high school teachers in foods program.

selengkapnya, klik: makalah_mmi.pdf

Catatan: makalah ini ditampilkan pada International Seminar on Science Education, Bandung, 2009.


Model Supervisi Pendidikan IPA

4 Agustus 2009

Kata supervision diturunkan dari dua kata “superior” dan “vision”. Asal kata ini memberi kesan bahwa satu pihak dalam supervisi lebih berkuasa daripada pihak lain. Hasil analisis Reitzug (dalam Gentry, 2002) menunjukan bahwa supervisor digambarkan sebagai seorang yang “expert dan superior”, sedangkan guru digambarkan sebagai penuh kekurangan dan memerlukan bantuan ahli. Zepeda dan Ponticell  menemukan 5 kategori supervisi menurut guru, yakni: 1) supervisi sebagai hubungan antara “anjing dan kuda poni” ; 2) supervisi sebagai senjata; 3) supervisi sebagai kegiatan rutin yang tidak bermakna; 4) supervisi sebagai sarana memenuhi daftar isian; dan 5) supervisi sebagai intervensi yang tidak diharapkan guru. Blumberg  mendeskripsikan hubungan negatif antara supervisor dengan guru, yakni adanya rasa sebal guru terhadap supervisor, dan hal ini menjadi penghalang utama untuk medapatkan keuntungan dari praktik supervisi. Guru merasa bahwa supervisor tidak memberikan bantuan yang bernilai, dan supervisi sekedar sebagai alat kontrol dan perpanjangan tangan kekuasaan. Sergiovanni dan Starratt menyatakan bahwa “Pada keadaan terbaik, supervisi memandu dalam memberikan keputusan evaluatif berdasarkan bukti/kenyataan. Pada keadaan terburuk, supervisi menghancurkan otonomi, kepercayaan diri, dan integritas personal guru”. Guru seharusnya memandang supervisi sebagai evaluasi setara (antara supervisor dengan guru), untuk menemukan faktor-faktor, sehingga supervisi yang dilakukan dalam kunjungan kelas untuk mendapatkan data yang obyektif, bebas prasangka, dan berfokus untuk peningkatan pengajaran guru. Hal ini membutuhkan rasa saling percaya, terutama rasa percaya guru terhadap supervisor, bahwa supervisi tidak digunakan sebagai alat penekan yang mengusik dan menghancurkan wilayah teritorial guru. Jadi, kata kunci yang digunakan dalam membangun model supervisi pendidikan IPA adalah kesetaraan dan rasa saling percaya, seperti yang disampaikan Schmuck dan Runkel bahwa “kualitas dibangun setapak demi setapak, ditancapkan oleh dedikasi dibandingkan kata-kata dan dikekalkan oleh keterbukaan dalam hubungan interpersonal”. Saya pernah mendapatkan kesempatan menjadi supervisor dalam supervisi klinis CTL IPA terhadap guru SMP beberapa kabupaten di Papua. Berdasarkan pengalaman tersebut, saya merasakan betul sulitnya membangun hubungan antara supervisor dengan yang disupervisi, situasinya mirip dengan kutipan-kutipan di atas. Saya kemudian merenungkan, bagaimana, ya … model supervisi yang kemungkinan  berhasil. Asumsi-asumsi apa yang membangun model tersebut, serta bagaimana gambaran model tersebut jika diimplementasikan. Lebih jelasnya, klik: model-supervisi-pendidikan-ipa.pdf


“Mengungkep” (Contoh Buku Siswa SMK Program Keahlian Tata Boga)

28 Juli 2009

Saya melihat “jejak” teman-teman yang mencari contoh buku siswa SMK program keahlian (pariwisata) Boga. Langsung saya teringat, bersama dengan bu Luthfiyah Nurlaela, Bu Niken Purwidiani, dan Bu Lucia Tri Pangesthi (God bless them) saya pernah mengembangkan contoh Buku Siswa untuk SMK pada materi pokok “Dasar Memasak”. Bagi yang kepingin donwnload, silahkan klik: contoh-buku-siswa-smk-tata-boga-mengungkep.pdf